Kalian mungkin baca tulisan ini pas lagi diem atau lagi santai atau lagi jalan sama selingkuhan. Tapi gue nulis ini pas lagi berteduh. Ini ujan gede banget, segede-gede panda. *kemudian panen panda*
Gue udah dua kali berteduh. Pertama di kolong jembatan (udah kayak gelandangan aja gue) dan sekarang di pinggir jalan (udah kayak pengemis aja gue). Dan dari perjalanan yang disertai kebasahan ini, gue punya beberapa hal tentang berteduh.
Berteduh itu seperti cinta. Kita akan memilih tempat berteduh yang nyaman seperti kita memilih pasangan yang nyaman untuk kita. Tapi di sisi lain, ketika waktunya telah tiba, kita harus pindah ke tempat perteduhan yang lain. Mau, atau mau engga mau.
Tempat berteduh engga selamanya bisa kita pilih, karena kita terburu-buru dan ingin segera berteduh kadang kita engga mikir dulu untuk cari tempat berteduh yang enak dan engga kena cipratan air ujan.
itu ibarat milih pasangan dengan terburu-buru. Milih orang yang ingin di jadiin pacar tapi karena terpaksa aja.
Dalam memilih tempat berteduh juga, kadang kita engga bisa berteduh di satu tempat karena tempatnya penuh. Nah, itu tuh ibaratnya kayak kita milih pasangan tapi dia udah punya pacar. Pedih.
Kadang juga kita milih tempat berteduh yang jelek namun kita masih aja diam di tempat itu meski kita kedinginan. Nah, itu adalah tanda kesetiaan.
Pertanyaannya adalah, di mana kita berteduh sekarang? Apakah kita berada di tempat berteduh yang benar? Apakah kita sedang bersama pasangan yang tepat?
End this ending post......
Udahan ah...berhubung ujannya masih gede, gue mau ngojek payung dulu, kan lumayan dapet duit buat modal nikah.
Baii-baiiii.....
0 omen:
Posting Komentar