Senin, 02 September 2013

ferdy ferdian

Tepat 18 tahun yang lalu, disebuah daerah terpencil didaerah Lampung Selatan ada sebuah desa bernama SUBAN. Disana hidup sebuah keluarga dengan satu orang Suami (Sopiyan), satu orang Istri (Eni) dan satu orang anak bernama Bayu. Pada suatu hari sang istri yang bernama Eni ternyata sedang mengandung seorang anak kedua yang usia kandungannya sudah mencapai 7 bulan, tapi tanpa alasan yang jelas sang suami yang bernama Sopiyan menyuruh sang istri untuk menggugurkan kandungannya. Tragis memang. Orang tua yang ingin menggugurkan (calon) anaknya sendiri, Tapi sang janin beruntung, karena tanpa disangka-sangka kabar yang menghebohkan itu berhasil didengar oleh salah satu saudara sang istri (Eni).
Mereka pun langsung bergegas untuk mengambil tindakan dengan cara BERMUSYAWARAH. Sang saudara dari istri memberikan solusi demi solusi supaya Sopiyan dan Eni tidak jadi menggugurkan kandungannya. Tapi semua solusi itu ditolak mentah-mentah oleh Sopiyan. Sampai akhirnya saudara dari Eni itu tersebut memberikan solusi terakhir. "Mereka akan bertanggung jawab untuk anak yang ada dikandungan Eni dan akan mengangkat anak itu sebagai anak kandung mereka sendiri".
Memang saudara Eni ini tidak mempunyai keturunan. Supaya lebih mudah, sebut saja saudara Eni ini bernama (alm) Atmawijaya dan Nurhayati.
Singkat cerita, akhirnya setelah menunggu selama kurang lebih 2 bulan, anak yang ada dikandungan Eni pun lahir. Pasangan suami dari (alm) Atmawijaya dan Nurhayati pun memberikannya nama FERDY FERDIAN. Mereka merawat dan membesarkan anak itu dengan penuh kasih sayang, segala kebutuhan anak itu tercukupi.
Sampai pada usia 15 tahun, akhirnya ferdy mengetahui siapa orang tua kandungnya dari cerita kakak kandungnya sendiri (Bayu). Agak shock memang mendengar sesuatu rahasia besar dengan umur yang masih sangat labil.


"Ferdy harus rajin belajar dan tidak boleh nakal. Kalau naik sepeda tidak boleh ngebut, supaya tidak jatuh.
Siang harus tidur, makan harus banyak, supaya cepat besar dan bisa naik sepeda sama ayah dan mama.
Nanti kalau ayah sudah pulang dari bertugas, ayah beli mainan yang banyak untuk ferdy.
Tapi harus belajar membaca dan berhitung dulu. Ferdy harus jaga mama.
Kalau main gambaran tidak boleh curang, kalau kalah tidak boleh nangis.
Sudah ya.....Ayah mau kerja dulu.
Ferdy sudah bisa nulis? Nanti nulis bareng ayah"

Itu adalah ucapan terakhir dari ayah saya (Via telepon), ketika dia sedang bertugas di Boston. Dan saya masih ingat semua kata-kata dari ayah saya itu :)

Tepat pada Tanggal 3 Desember 2003, ayah saya meninggalkan saya dan ibu saya pada saat saya berumur 8 tahun. Ayah A.H ATMAWIJAYA :) I still miss you in here dad.
Bagi saya ayah adalah sosok Superhero untuk saya. Tanpa dia, saya tidak akan ada di dunia ini :)

                                                       *ini surat kematian alm.bokap gue*

Mungkin ngga banyak orang yang tau tentang ini. Gue disini nulis postingan ini ngga ada maksud apa-apa selain menjadikan Blog ini sebagai Diary gue. Terimakasih buat kalian yang udah menyempatkan diri untuk sekedar melihat atau membaca postingan ini. Terimakasih. Ini adalah cerita hidup saya.

0 omen:

Posting Komentar